Sabtu, 30 Oktober 2010

ilmu budaya dasar menurut

PENGERTIAN INTELEGENCY QUOTIENT ( IQ )
Pada dasarnya manusia di ciptakan membawa unsur-unsur kecerdasan, awalnya kecerdasan yang dipahami banyak orang yang hanya merupakan kecerdasan intelegensi sesuai dengan perkembangan kecerdasan manusia maka ditemukan tipe kecerdasan lainya melalui peneletian kecerdasan empiris dan longitudional oleh para akademis dan pakar praktisi psikologi, yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini tidak bisa berdiri sendiri untuk meraih kesuksesan. Jika manusia tersebut mampu menggunakanya dengan baik ketiga kecerdasan ini, menyeimbanginya serta mampu mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga kecerdasan ini merupakan hak mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menggapai kesuksesan.
Dari penjelasan di atas maka kita dapat kesimpulan bahwa yang di maksud dengan Intelegency Quotient adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental . unsur yang ada di dalam IQ mencangkup kecerdasan numeris, pemahaman ferbal, percepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif dan visualisasi ruang.

PENGERTIAN EMOTIONAL QUOTIENT ( EQ )
EMOTIONAL QUOTIENT adalah :
• Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain.
• Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi.
• Kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan, ketajaman, emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh.
• Bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan adaptasi sosial.
ASPEK EQ :
1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
2. Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
3. Kemampuan memotivasi diri.
4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
5. Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati)
PRILAKU CERDAS EMOSI :
- Menghargai emosi negative orang lain.
- Sabar menghadapi emosi negative orang lain.
- Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
- Emosi negative untuk membina hubungan.
- Peka terhadap emosi orang lain.
- Tidak bingung menghadapi emosi orang lain.
- Tidak menganggap lucu emosi orang lain.
- Tidak memaksa apa yang harus dirasakan.
- Tidak harus membereskan emosi orang lain.
- Saat emosional adalah saat mendengatkan
EQ TINGGI ADALAH :
- Berempati.
- Mengungkapkan dan memahami perasaan.
- Mengendalikan amarah.
- Kemandirian.
- Kemampuan menyesuaikan diri.
- Disukai.
- Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
- Ketekunan.
- Kesetiakawanan.
- Keramahan.
- Sikap hormat.
Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan pribadi dan profesional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan pribadi. Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagai masalah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang juga batas-batas keluarga.
Penting bahwa kita perlu memahami apa yang diperlukan untuk membantu kita membangun kehidupan yang positif dan memuaskan, karena ini akan mendorong mencapai tujuan-tujuan PROFESIONAL kita.
Dr. DANIEL GOLEMAN memberikan satu asumsi betapa pentingnya peran EQ dalam kesuksesan pribadi dan profesional :
• 90% prestasi kerja ditentukan oleh EQ.
• Pengetahuan dan teknis hanya berkontribusi 4%.
Dari banyak penelitian didapatkan hasil atau pendapat bahwa individu yang mempunyai IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ rendah justru sangat perprestasi. Hal ini dikarenakan individu yang mempunyai IQ tinggi seringkali memiliki sifat-sifat menyesatkan sebagai berikut :
• Yakin tahu semua hal.
• Sering menggunakan fikiran untuk menalar bukan untuk merasakan.
• Meyakini bahwa IQ lebih penting dari EQ.
• Sering membuat prioritas-prioritas yang merusak kesehatan kita sendiri.
Kemampuan akademik, nilai raport, predikat kelulusan perguruan tinggi tidak bisa menjadi tolak ukur seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang akan dicapai. Menurut MICK CLELLAND tahun 1973 “TESTING FOR COMPETENCE”, bahwa seperangkat percakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif akan menghasilkan ORANG-ORANG YANG SUKSES DAN BINTANG-BINTANG KINERJA.





PENGERTIAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta perinsip hanya karena allah SWT.
Kecerdasan spiritual yang merupakan temuan terkini secara ilmiah, pertama kali digagaskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall,masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual yang dipaparkan Zohar dan Marshall dalam SQ adalah yang pertama adalah riset ahli psikologi syaraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990 dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S Ramachandran dan timnya dari California University yang menemukan eksperimen eksisten God-Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spititual (spiritual center ) yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Sedangkan bukti kedua adalah riset ahli saraf Australia Wolf Singer pada era 1990 atas The Binding Problem yang menunjukkan ada proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberikan makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk “hidup lebih bermakna”. Pada God-spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam.
Akan tetapi SQ dari barat itu atau Spiritual intellegent tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologis atau psikologis semata, tidak bersifat transendetal. Akibatnya kita masih merasakan adanya “kebuntuan”. Kebenaran sejati sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari spiritual center ini yang tidak bisa ditipu oleh siapapun atau oleh apapun, termasuk kita sendiri. Mata hati ini dapat mengungkapkan kebenaran hakiki yang tak tampak dihadapan mata. Bahkan kata ahli sufi islam Jalaludin Rumi, “mata hatu punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan”. Namun apabila kita bertanya apa itu jenis suara hati yang berbeda di dalam god spot sebutkan satu persatuniscahaya penulis barat belum bisa mengidentifikasi suara hati tersebut. Temuan god spot mereka baru sebatas hrdwerenya saja (spiritual center pada otak manusia), belum ada softwerenya.
Sederhananya berbicara mengenai EQ saat ini kita akan disuguhkan pada sebuah keadaan yang maha hebat dan positif namun cenderung hanya menagntarkan kita pada hubungan kebandaan dan hubungan antara manusia. Menyinggung aliran SQ “fanatik” kita akan menemui fenomena yng penuh muatan spiritual (willingness) namun kurang mampu membarengi potensi pikir ( IQ dan EQ ) dalam geraknya didunia rill dan lagi sebagai contoh kita tergugah oleh tulisan-tulisan dalam lembar sejarah tentang kekuasaan (pendukung aliran spiritual ) yang menghalangi realitas ilmu ( peristiwa pengucilan Galileo Galilei, Copernicus dan lain-lain ). Pada tahun 1215 dalam Konsili Latran, Paus Innocent II yang membuat perintah untuk mengancam para tabib yang mengobati orang sakit dikarenakan orang sakit itu didefenisikan sebagai pendosa besar.
Sumber :
ESQ. Arya Ginanjar Agustian. Rahasia sukses Membangun Intelektual dan Spiritual. Arga Tahun 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar